• gambar
  • gambar

Selamat Datang di Website SMK MUTIARA BANGSA REOK. Terima Kasih Kunjungannya

Pencarian

Kontak Kami


SMK MUTIARA BANGSA REOK

NPSN : 69980330

Jln.Poros Reok- Kedindi-Kel.Wangkung-Kec.Reok-Kab.Manggarai -NTT


smkmutiarabangsareok.sch.id

TLP : 085337336531 (HUMAS)


          

Banner

Jajak Pendapat

Bagaimana pendapat anda mengenai web sekolah kami ?
Sangat bagus
Bagus
Kurang Bagus
  Lihat

Statistik


Total Hits : 23442
Pengunjung : 16296
Hari ini : 71
Hits hari ini : 111
Member Online : 0
IP : 216.73.216.118
Proxy : -
Browser : Gecko Mozilla

Status Member

SMK Mutiara Bangsa Reok Giat Gelar Karya P5 Mengangkat Tema; Barong Wae




Smkmutiarabangsareok.sch.id-SMK Mutiara Bangsa Reok melaksanakan kegiatan Gelar Karya proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) pada Senin, 16 Juni 2025.


 


Kegiatan Gelar Karya pada semester ini mengangkat tema Barong Wae. P5 adalah bagian dari kurikulum merdeka yang menekankan pada pengembangan karakter siswa melalui berbagai kegiatan berbasis proyek. Tujuan utamanya adalah membentuk pelajar yang memiliki profil sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. 


 


P5 adalah sebuah acara yang menampilkan hasil proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) dengan fokus pada tradisi Barong Wae dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Acara ini bertujuan untuk memperlihatkan pemahaman siswa tentang tradisi tersebut, serta menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya lokal.


 


Barong Wae adalah sebuah ritual adat masyarakat Manggarai yang merupakan wujud penghormatan dan syukur atas air (wae) sebagai sumber kehidupan.


 


Acara ini menjadi wadah bagi siswa untuk menampilkan pemahaman mereka tentang Barong Wae melalui berbagai bentuk karya, seperti presentasi, pertunjukan, atau pameran. Selain itu, gelar karya ini juga menjadi ajang untuk memperkuat karakter siswa, meningkatkan rasa cinta terhadap budaya, dan memupuk rasa persatuan di tengah keberagaman.


 


Di tengah kehidupan modern, di pelosok Desa Manggarai di Flores, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah ritual adat yang menandakan kekaguman dan penghormatan yang mendalam terhadap sumber kehidupan yang tak ternilai: mata air. Konsep ini terwujud dalam apa yang dikenal sebagai "Barong Wae", sebuah tradisi yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Manggarai selama berabad-abad.


 


Barong Wae bukan sekadar sebuah upacara adat; ia adalah simbol penghargaan dan rasa syukur terhadap air sebagai sumber kehidupan. Dalam era di mana urbanisasi dan modernisasi semakin mengaburkan hubungan manusia dengan alam, Barong Wae tetap menjadi sebuah pijakan yang mengingatkan kita akan keberadaan dan kebutuhan akan kehidupan yang bersumber dari alam.


 


Dalam kehidupan masyarakat Manggarai di Flores, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah tradisi yang dijunjung tinggi, yang dikenal dengan nama "Barong Wae". Kata "Barong" berasal dari bahasa Manggarai yang berarti "mengundang" atau "memanggil", sementara "Wae" mengacu pada "air" atau "mata air". Jadi, secara harfiah, Barong Wae adalah undangan kepada roh-roh penjaga air untuk merayakan penti atau upacara syukur.


 


Asal-usul kata ini mencerminkan kedalaman makna dalam budaya Manggarai. Tradisi Barong Wae merupakan ungkapan penghargaan dan rasa syukur yang mendalam terhadap sumber kehidupan yang paling mendasar: air. Dalam kehidupan sehari-hari, air bukanlah sekadar benda mati; ia adalah simbol kehidupan, kesuburan, dan kesejahteraan bagi masyarakat Manggarai.


 


Pentingnya air dalam kehidupan masyarakat Manggarai tidak dapat diabaikan. Dalam kebudayaan mereka, air bukan hanya menjadi sumber kehidupan fisik, tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam. Air dianggap sebagai titik pusat dari keberadaan manusia dan alam sekitarnya. Mata air adalah tempat yang dihormati dan dipelihara dengan baik karena dipercayai menjadi titik pertemuan antara dunia manusia dan dunia roh.


 


Dalam masyarakat agraris seperti Manggarai, mata air adalah sumber kesuburan tanah pertanian, dan oleh karena itu, dianggap sebagai simbol kehidupan yang memberikan harapan dan keberhasilan bagi masa depan. Oleh karena itu, tradisi Barong Wae menjadi perayaan yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Manggarai, memperkuat ikatan spiritual dan budaya mereka dengan sumber kehidupan yang paling mendasar: air.


 


Mata air memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan manusia dan ekosistem alam, terutama dalam konteks agraris seperti masyarakat Manggarai di Flores, Nusa Tenggara Timur. Secara fisik, mata air menyediakan pasokan air yang sangat diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, seperti minum, memasak, mandi, dan kebutuhan pertanian. Dalam sebuah masyarakat agraris, seperti Manggarai, mata air menjadi pondasi bagi sistem pertanian yang berkelanjutan dan produktif. Tanah pertanian yang subur dan hasil panen yang melimpah sangat bergantung pada ketersediaan air yang cukup dari mata air.


 


Namun, nilai mata air jauh lebih dalam daripada sekadar kebutuhan fisik. Dalam budaya Manggarai, air memiliki makna spiritual yang mendalam. Mata air dianggap sebagai titik pertemuan antara dunia manusia dengan dunia roh. Tempat-tempat ini dihormati dan dianggap suci karena dipercaya sebagai rumah bagi roh-roh penjaga air yang memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan alam dan memberikan keberkahan kepada masyarakat.


 


Selain itu, air juga memiliki nilai budaya yang kaya. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Manggarai, mata air menjadi pusat dari berbagai kegiatan budaya, seperti ritual adat, upacara syukur, dan perayaan tradisional. Mata air menjadi sumber inspirasi bagi seni dan cerita-cerita rakyat yang memperkaya warisan budaya mereka. Melalui tradisi Barong Wae, masyarakat Manggarai memperkuat ikatan spiritual dan budaya mereka dengan air sebagai simbol kehidupan dan kesuburan.


 


 


 


HUMAS: Inno Mamat



Share This Post To :




Kembali ke Atas


Berita Lainnya :





   Kembali ke Atas